Kambing yang Berbahagia di Taman Victoria Kota Ambon




Menyenangkan sekali nongkrong malam hari di pantai Losari Mardika Ambon. Udara yang cerah, langit berbintang, dan ombak teluk yang berdebur lembut membuat beta enggan beranjak dari cafĂ© malam. Lupa sudah bikin selesai itu skripsi. Tiba-tiba ada bau yang menyengat entah dari mana asalnya, hem.. apa ini? Bau kencing kambing ternyata…! Sumbernya dari taman di seberang jalan yaitu dari taman Victoria. Dari kegelapan taman nampaklah siluet gerakan-gerakan mahluk berkaki empat, ya memang kambing.., ah banyak sekali. Beta ingin sekali mengambil gambarnya, jadi sorenya selesai dari toko buku beta nogkrong dan ambil beberapa gambar. Gila.., kambing-kambing itu nampak berpose deng tenangnya saat beta ambil gambarnya.

Tentu samua itu diluar rencana awal ketika ada kambing-kambing yang berkeliaran di taman Victoria. Pada awalnya taman itu diciptakan oleh penciptanya sebagai bagian dari ekspresi jiwanya. Mungkin harapannya saat membuat bangku adalah agar para orang tua bisa deng nyaman mengawasi anaknya yang bermain, atau mungkin saja ia membuat bangku agar mereka yang berpacaran merasa nyaman, bisa baku pegang tangan deng penuh kasih sambil berbuih-buih saling berdusta demi cinta. Pihak pemerintah yang menyediakan dana mungkin juga memiliki banyak harapan deng membangun taman itu, entah harapan apa, yang jelas saat ini taman itu terbengkelai merana. Hanya kambing-kambing saja yang nampak enjoy kesana-kemari deng makanan yang berlimpah. Si kambing jantan juga wajahnya nampak ceria dan percaya diri sekali (kalau seng percaya lihat saja sendiri), karena ia bisa deng sesuka hati bisa memilih betina yang ia sukai deng gratis (konon kambing-kambing itu kambing bakal untuk hari raya Qurban, yang biasanya jantan samua, tapi nyatanya ada beberapa kambing betinanya), sementara manusia di seberangnya, di dekat tempat karaoke rakitan, harus mengeluarkan uang untuk mendapatkan perempuan yang dia inginkan.

Seharusnya taman itu bisa berfungsi deng lebih baik lagi. Bayangkan ale samua habis belanja di pasar mardika yang penuh sesak dan panas, kemudian ale samua beristirahat di taman itu, yang hijau, sejuk, seng becek, kemudian minum es sirup yang dingin, wow... nikmat sekali. Secara teoritis, warna hijau keungu-unguan adalah warna yang memiliki gelombang pendek (antara 439 – 512 nanometer. Ini adalah warna yang secara psikologis akan menenangkan pikiran. Oleh karena itu, dalam suasana kota ambon yang panas, padat, bising, rawan keributan, dan lain-lain, diperlukan sebuah taman yang akan dapat mengurangi ketegangan. Selain itu deng adanya tumbuh-tumbuhan yang hijau segar persediaan oksigen di udara juga kan meningkat.

Jadi sangat disayangkan bila ternyata penikmat taman yang konon dibangun deng biaya jutaan rupiah itu hanyalah sekelompok kambing. Tentu kita seng mungkin menyalahkan kambing-kambing itu, pastilah manusia yang harus bertanggungjawab atas peristiwa salah urus taman ini. Kalau yang seharusnya bertangung jawab lari dari tanggung jawab, maka apa bedanya ia deng kambing-kambing itu.

10 komentar:

  1. Tabea sudara jantong hati ee... ale pung carita "kambing" ni biking beta hati gili2. Tapi memang kalo bukang katong yang lia katong pung bendar ni, sapa lai mo lia akang. Kalo ada tempo jang lupa singga kas basa gargantang di beta pung walang http://kabaressi.blogspot.com. Amatooo...

    BalasHapus
  2. Wah gubuknya kambing keren juga tuh :D

    BalasHapus
  3. hehe sumpah paleng lucu...
    tapi siapa lagi yang mau rubah thu ke adaan melainkan dri warga kota sandiri..
    kenapa seng sekalian ambil foto pemilik kambingnya skali???

    BalasHapus
  4. waah.... kambing dapat tempat istimewa nih.. hehehe..
    salam kenal dri Pekanbaru Riau sobt... :D

    BalasHapus
  5. wow, ternyata ktg 2 px pmikiran sama ee... skg b dha bkg esai ttg itu lae kwn.. b bza mnta izn pnjm fotonya..???
    thx sblumnya kwn...
    GBu

    BalasHapus
  6. Sudah lama saya ingin sekali bisa berkunjung ke Pantai Losari. Sejauh ini hanya bisa melihat di tv dan internet >.<

    BalasHapus
  7. kangen ambon deng mabuke

    BalasHapus

Kasi kami komentar